Pengertian Geomorfologi dan Analisis Lanskap serta Contoh Penerapannya pada Bidang Pertanian
(Yohanes Lukas Dony Anggoro / 22025010196 / Agroteknologi kelas A025)
PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahluk hidup yang membutuhkan makanan selama seumur hidupnya. Salah satu makanan yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah makanan pokok yang mengandung karbohidrat. Hal ini disebabkan karena makanan yang mengandung karbohidrat mampu memberikan asupan energi paling cepat terhadap tubuh manusia (Sari, 2022). Salah satu contoh makanan pokok adalah nasi. Penduduk Negara Indonesia umumnya memilih mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) menyebutkan bahwa pada tahun 2023 yang lalu penduduk Indonesia rata-rata mengonsumsi 1,558 kg per kapita beras lokal / ketan dalam waktu seminggu.
Kebutuhan manusia terhadap makanan akan menjadi masalah ketika jumlah populasi manusia yang mengkonsumsi makan tersebut mulai melebihi kemampuan produksi bahan pangan itu sendiri. Sebagai contohnya Negara Indonesia masih menghadapi masalah dalam memproduksi bahan pangan beras secara mandiri. Data dari BPS menyebutkan bahwa selama periode tahun 2017 - 2023 yang lalu Indonesia rata-rata telah mengimpor beras seberat 1.037.100 ton dari 8 negara berbeda. Solusi Impor yang selalu digunakan oleh Negara Indonesia untuk mengatasi masalah ketidakmampuan produksi beras secara mandiri ini tergolong mahal dan kurang mandiri karena membuat negara Indonesia terikat dengan produksi negara luar. Salah satu bentuk penyelesaian alternatif yang inovatif dari masalah ini adalah dengan membangun dan mengembangkan sektor pertanian nasional.
Sektor pertanian di Indonesia walaupun di beberapa sisi masih mengalami kendala, juga sedang mengalami perkembangan. Salah satu contoh bentuk perkembangan sektor pertanian di Indonesia adalah adanya pengupayaan suatu lahan agar mampu berproduksi secara berkelanjutan, efisien dan ramah lingkungan. Ilmu Geomorfologi dan Analisis Lanskap sendiri dapat diterapkan sebagai faktor pendukung perkembangan sektor pertanian. Ilmu Geomorfologi dan Analisis Lanskap dapat digunakan untuk menganalisis bentuk lahan serta membuat peta suatu daerah serta dapat digunakan juga untuk menentukan integrasi antara aktivitas pertanian manusia dengan lingkungan alami di sekitarnya. Kajian Geomorfologi dan Analisa Lanskap ini dapat digunakan untuk menentukan bentuk serta kegiatan pertanian yang dapat diterapkan pada suatu daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Geomorfologi dan Analisis Lanskap secara umum?
2. Bagaimana Geomorfologi dan Analisis Lanskap berkontribusi mendukung sektor pertanian?
3. Sudahkah Indonesia menerapkan Geomorfologi dan Analisis Lanskap untuk mendukung sektor pertanian?
C. Tujuan Artikel
1. Menjelaskan pengertian dari Geomorfologi dan Analisis Lanskap secara umum.
2. Menjelaskan kontribusi Geomorfologi dan Analisis Lanskap terhadap sektor pertanian.
3. Menganalis bentuk penerapan Geomorfologi dan Analisis Lanskap dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Umum Geomorfologi dan Analisis Lanskap
Robbani dkk (2024) menjelaskan bahwa Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari kondisi dan bentuk permukaan bumi yang terjadi akibat proses geologi. Viqran dkk (2021) juga menjelaskan bahwa Ilmu Geomorfologi mengkaji bentuk permukaan bumi berdasarkan 3 aspek yaitu morfografi, morfometri, dan morfogenesis. Morfografi adalah aspek morfologi deskriptif yang membedakan bentang alam secara kualitatif pada suatu area contohnya seperti sebuah daratan, perbukitan, dan pegunungan. Morfometri adalah aspek kuantitatif pada suatu area contohnya seperti kemiringan lereng, ketinggian gunung, dan ketidakrataan daratan. Morfogenesis adalah aspek yang membahas tentang asal mula sebuah lahan terbentuk serta juga proses-proses perkembangannya dan sebab terjadinya. Robbani dkk (2024) juga menjelaskan bahwa kondisi geomorfologi suatu wilayah dapat dianalisis menggunakan 2 cara yaitu secara langsung observasi wilayah dan secara penginderaan jarak jauh dari data digital elevation model (DEM). DEM memuat informasi ketinggian dan kemiringan permukaan bumi untuk mempermudah interpretasi penggunanya serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam penginderaan jarak jauh, perencanaan pembangunan, survey lokasi hingga mitigasi bencana.
Gambar 1. Ilustrasi peta kontur / peta ketinggian lokasi yang merupakan hasil kajian Geomorfologi (Sumber: https://pasla.jambiprov.go.id)
Geomorfologi juga mencangkup kajian tentang lanskap yang memfokuskan pada bentuk-bentuk permukaan bumi serta perubahan yang terjadi yang mana adanya perbedaan jenis batuan dapat menjadi penyebab perbedaan bentuk morfologi suatu daerah. Proses Geomorfologi yang terjadi di suatu wilayah dapat menghasilkan bentuk lahan yang berbeda-beda dengan masing-masing bentuk lahan memiliki tingkat kerentanan tersendiri terhadap gerakan tanah. Contohnya daerah perbukitan dengan lereng curam dan batuan penyusun yang kurang resisten akan lebih mudah mengalami pelapukan dan erosi daripada daerah dataran rendah yang datar dan tersusun oleh batuan yang resisten (Apriliana dan Yogie, 2024).
B. Kontribusi Geomorfologi dan Analisa Lanskap terhadap Sektor Pertanian
Kajian Geomorfologi dan Analisis Lanskap dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam mengelola lahan berdasarkan kondisi geologi lahan tersebut. Amadia dkk (2024) menjelaskan contoh pemanfaatan lahan berdasarkan kondisi topografi yang dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Kemiringan 0 - 3% tergolong sebagai lahan datar, cocok untuk ditanami padi dan kelapa.
2. Kemiringan 3 - 8% tergolong sebagai lahan landai atau berombak, cocok untuk ditanami tanaman tahunan.
3. Kemiringan 8 - 15% tergolong sebagai lahan agak miring atau bergelombang, cocok untuk ditanami tanaman rumput / peternakan.
4. Kemiringan 15% tergolong sebagai lahan miring atau lahan berbukit, cocok untuk ditanami tanaman berkayu atau tanaman hutan serta vegetasi yang bisa meredam energi kinetik air hujan (misalnya rumput gajah).
C. Penerapan Geomorfologi dan Analisis Lanskap di Indonesia
Penerapan Geomorfologi dan Analisis Lanskap di Indonesia sebenarnya sudah sering dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jenis peta yang mencangkup berbagai daerah di Indonesia, masing-masing dengan fungsinya. Nofirman dkk (2023) menerapkan kajian Geomorfologi dan Analisis Lanskap untuk menyelidiki bidang geomorfologi dan perubahan lanskap di pulau Jawa. Hasil analisa Nofirman dkk menjelaskan bahwa Pulau Jawa memiliki bentang alam yang didominasi aktivitas gunung vulkanik akibat dari posisi Pulau Jawa yang berada pada Cincin Api Vulkanik. Wilayah dataran tinggi tengah menampilkan serangkaian puncak gunung berapi seperti Gunung Semeru, Gunung Merapi, dan Gunung Bromo. Banyaknya aktivitas vulkanik ini juga menyebabkan kondisi tanah di Pulau Jawa cenderung subur akibat abu vulkanik yang terlontar dari gunung berapi tersebut kaya akan unsur magnesium dan potasium yang dibutuhkan oleh tanaman. Pulau Jawa juga kerap mengalami perluasan kota akibat dari kepadatan populasi yang terus meningkat, hal ini dilaporkan telah mengikis luas lahan pertanian yang ada. Tetapi karena kebutuhan makanan yang juga ikut meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk di Jawa, maka akhirnya diadakanlah pembukaan lahan baru untuk kegiatan pertanian dengan sasaran lahan yang dialih fungsikan adalah lahan hutan. Hal ini menyebabkan luas hutan di Jawa mengalami penyusutan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah di Pulau Jawa cenderung subur hanya saja perkembangan pertanian di Pulau Jawa mengalami kendala berupa sering terkikis oleh perkebangan luas area perkotaan. Hal ini akhirnya mendorong pembukaan area lahan pertanian baru yang malah mengikis area luas hutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Geomorfologi dan Analisis Lanskap dapat menentukan bagaimana suatu lahan dapat dikelola berdasarkan aspek geologinya. Melalui informasi ini, petani / pengelola lahan akhirnya bisa menentukan jenis tanaman, sistem pengolahan lahan, serta pola tanam yang sesuai dengan kondisi geologi lahan sehingga tidak menyebabkan masalah lingkungan serta dapat berproduksi secara maksimal dan berkelanjutan. Penerapan Geomorfologi dan Analisis Lanskap di Indonesia juga sudah dilakukan secara maksimal, dibuktikan melalui adanya peta-peta kontur lanskap daerah yang memberikan referensi ketinggian setiap wilayah di Indonesia yang nantinya bisa digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan kegiatan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliana, V. dan Yogie Z. R. (2024). Kajian Geomorfologi Daerah Batang Manyuruk dan Sekitarnya, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Inovatif. 4(3): 1591 - 1602.
Badan Pusat Statistik. (2024). Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007 - 2023. (https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/OTUwIzE=/rata-rata-konsumsi-per-kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting--2007-2023.html , diakses: 1 September 2024).
Badan Pusat Statistik. (2024). Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2017 - 2023. (https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MTA0MyMx/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-2017-2023.html , diakses: 1 September 2024).
Nofirman, Muhammad A. K. H., dan Machzumy. (2023). Studi Geomorfologi dan Perubahan Lanskap dalam Konteks Perubahan Lingkungan di Pulau Jawa. Jurnal Geosains West Science. 1(3): 126 - 133.
Robbani, F. F., Salvina H. P., Wiwid A. L., dan Chandrika E. L. (2024). Analisis Perbedaan Karakteristik Geomorfologi: Studi Kasus Pesisir Ampenan, Kota Mataram dan Desa Sekotong Barat, Lombok Barat. Geomedia. 22(1): 49 - 59.
Sari, Melyana. (2022). Zat Gizi Makro. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Viqran, A. H., dan Jati S. N. (2021). Identifikasi Bentuk Lahan Daerah Batang Asai dan Sekitarnya, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER), 83 - 87.
Link menuju Web UPNVJT: https://www.upnjatim.ac.id
Link menuju Web Faperta UPNVJT: http://faperta.upnjatim.ac.id
Link menuju Web Agroteknologi UPNVJT: https://agrotek.upnjatim.ac.id
Komentar
Posting Komentar